Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN Adalah: Menguak Jantung Integrasi Ekonomi Asia Tenggara
Halo para pembaca setia dan pelaku bisnis di seluruh Asia Tenggara! Sebagai seorang blogger yang senantiasa menyoroti dinamika ekonomi dan peluang di kawasan kita, saya merasa terpanggil untuk mengupas tuntas salah satu pilar fundamental yang telah membentuk lanskap perdagangan regional selama beberapa dekade terakhir: Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN, atau yang lebih akrab kita sebut AFTA (ASEAN Free Trade Area).
Mungkin Anda sering mendengar frasa ini dalam berita, diskusi bisnis, atau bahkan saat berbelanja produk impor dari negara tetangga. Namun, sudahkah kita benar-benar memahami apa itu AFTA, bagaimana ia bekerja, dan mengapa ia begitu krusial bagi masa depan ekonomi kita bersama? Mari kita selami lebih dalam, bukan hanya sekadar definisi, melainkan juga intip di balik layar mekanisme, manfaat, hingga tantangan yang terus dihadapi inisiatif ambisius ini. Ini bukan sekadar perjanjian dagang, melainkan sebuah narasi panjang tentang kolaborasi, persaingan, dan cita-cita bersama.

Sejarah Singkat: Dari Impian Integrasi Menjadi Kenyataan Pasar Bersama
Untuk memahami AFTA secara utuh, kita perlu mundur sejenak ke awal mula pembentukannya. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) sendiri didirikan pada tahun 1967 dengan tujuan utama mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Namun, gagasan untuk menciptakan sebuah kawasan perdagangan bebas di antara negara-negara anggota baru benar-benar mengkristal pada KTT ASEAN ke-4 di Singapura pada tahun 1992.
Sebelum AFTA, perdagangan intra-ASEAN masih relatif rendah, terhambat oleh tarif yang tinggi dan beragamnya peraturan nasional. Para pemimpin ASEAN menyadari bahwa untuk menghadapi persaingan global yang kian ketat dan menarik investasi, mereka harus bersatu. Ide utamanya sederhana: jika kita bisa menghilangkan hambatan perdagangan di antara kita sendiri, pasar domestik kita akan meluas, menciptakan skala ekonomi yang lebih besar, dan pada akhirnya meningkatkan daya saing seluruh kawasan.
Tujuan utama AFTA saat itu jelas: mengurangi dan akhirnya menghapus hambatan tarif dan non-tarif di antara negara-negara anggota ASEAN. Ini dilakukan melalui Skema Tarif Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff – CEPT), yang dirancang untuk menurunkan tarif barang-barang manufaktur dan pertanian olahan secara progresif. Sejak kelahirannya, AFTA telah mengalami berbagai amandemen dan perluasan cakupan, menyesuaikan diri dengan dinamika ekonomi global dan ambisi integrasi ASEAN yang semakin besar. Ini adalah perjalanan yang berkelanjutan, bukan sekadar sebuah tujuan yang statis.
Membongkar Mekanisme Inti AFTA: Lebih dari Sekadar Menghapus Tarif
AFTA bukanlah sekadar "pintu gerbang terbuka" tanpa aturan. Ada beberapa mekanisme kunci yang menjadi tulang punggung operasionalnya, memastikan bahwa manfaat perdagangan bebas ini benar-benar dinikmati oleh negara-negara anggota dan tidak disalahgunakan.
- Skema Tarif Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff – CEPT): Fondasi Awal Penghapusan Tarif
- CEPT adalah instrumen utama AFTA di tahap awal. Ini adalah kesepakatan untuk secara bertahap menurunkan tarif impor atas sejumlah besar produk dari negara anggota ASEAN.
- Target ambisius ditetapkan: tarif impor sebagian besar produk harus diturunkan hingga rentang 0-5%. Bagi enam negara anggota pertama (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand), target ini sebagian besar telah tercapai pada tahun 2002. Sementara itu, negara-negara anggota baru (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam – yang sering disebut CLMV) diberikan fleksibilitas dan jangka waktu yang lebih panjang untuk mencapai target serupa, mengingat tingkat pembangunan ekonomi mereka yang berbeda.
- Struktur CEPT terbagi menjadi beberapa daftar: Daftar Inklusi (produk yang wajib diturunkan tarifnya), Daftar Pengecualian Sementara (produk yang ditunda penurunan tarifnya karena alasan tertentu), Daftar Sensitif Tinggi (produk pertanian tertentu yang perlindungannya masih dibutuhkan), dan Daftar Pengecualian Umum (produk yang terkait dengan keamanan nasional, moral, atau kesehatan). Pemisahan ini menunjukkan fleksibilitas AFTA dalam mengakomodasi kepentingan domestik yang beragam.
- Keberhasilan utama CEPT adalah perubahan besar dari tarif rata-rata dua digit menjadi tarif yang mendekati nol. Hal ini secara langsung mengurangi biaya transaksi bagi eksportir dan importir di kawasan.
- Aturan Asal Barang (Rules of Origin – ROO): Menjaga Integritas Perdagangan
- Ini adalah salah satu aspek yang paling krusial dan seringkali paling kompleks dalam setiap perjanjian perdagangan bebas. Tanpa ROO, negara-negara non-anggota dapat memanfaatkan AFTA dengan mengirimkan barang mereka ke negara anggota dengan tarif rendah, lalu mengekspornya ke negara anggota lain tanpa bea masuk. Ini dikenal sebagai "transhipment" atau pengalihan perdagangan.
- ROO dalam AFTA menetapkan kriteria untuk menentukan apakah suatu produk "berasal" dari negara anggota ASEAN. Kriteria yang paling umum adalah nilai konten regional (Regional Value Content – RVC) sebesar minimal 40%. Artinya, setidaknya 40% dari nilai akhir produk harus ditambahkan atau diproses di dalam wilayah ASEAN. Ada juga kriteria lain seperti perubahan klasifikasi tarif (Change in Tariff Heading – CTH) untuk produk tertentu.
- Pentingnya ROO adalah untuk memastikan bahwa hanya produk-produk yang benar-benar diproduksi atau memiliki nilai substansial dari ASEAN yang mendapatkan perlakuan tarif preferensial. Ini mendorong pengembangan industri dan rantai pasok regional. Namun, implementasinya seringkali rumit, memerlukan dokumentasi yang teliti, dan bisa menjadi hambatan tersendiri jika birokrasinya tidak efisien.
- Penghapusan Hambatan Non-Tarif (Non-Tariff Barriers – NTBs): Tantangan yang Lebih Rumit
- Setelah tarif berhasil diturunkan, perhatian AFTA beralih ke hambatan non-tarif. NTBs adalah segala bentuk batasan selain tarif yang menghambat perdagangan. Ini bisa berupa:
- Kuota impor
- Lisensi impor dan ekspor yang rumit
- Standar teknis dan sanitasi yang berbeda
- Prosedur bea cukai yang berbelit-belit dan tidak transparan
- Subsidi domestik yang mendistorsi pasar
- Mengatasi NTBs jauh lebih menantang daripada menurunkan tarif. Mengapa? Karena NTBs seringkali tertanam dalam peraturan domestik, melibatkan banyak instansi pemerintah, dan terkait erat dengan kepentingan industri lokal. Ini membutuhkan harmonisasi regulasi, pengakuan timbal balik atas standar, dan peningkatan transparansi.
- Upaya ASEAN dalam mengatasi NTBs terus berjalan, termasuk melalui harmonisasi standar produk, penyederhanaan prosedur bea cukai (melalui ASEAN Single Window), dan peningkatan transparansi informasi. Meskipun demikian, NTBs masih menjadi 'duri dalam daging' yang menghambat potensi penuh AFTA.
Manfaat AFTA: Angin Segar bagi Bisnis, Konsumen, dan Kawasan
AFTA bukan sekadar kebijakan di atas kertas; ia telah membawa dampak nyata yang signifikan bagi seluruh ekosistem ekonomi di Asia Tenggara.
- Bagi Dunia Usaha: Memperluas Cakrawala dan Meningkatkan Daya Saing
- Akses Pasar yang Lebih Luas: Dengan populasi lebih dari 670 juta jiwa dan PDB kolektif yang terus bertumbuh, ASEAN menawarkan pasar tunggal yang sangat besar. AFTA membuka pintu bagi perusahaan untuk menjual produk mereka ke seluruh kawasan tanpa beban tarif yang memusingkan, mengubah pasar domestik menjadi pasar regional.
- Pengurangan Biaya Produksi: Perusahaan dapat mengimpor bahan baku, komponen, dan barang modal dari negara anggota ASEAN lain dengan tarif yang lebih rendah atau bahkan nol. Ini secara langsung menurunkan biaya produksi dan membuat produk akhir lebih kompetitif. Bayangkan sebuah pabrik otomotif di Thailand yang mendapatkan suku cadang dari Indonesia atau Malaysia; biaya akan jauh lebih efisien.
- Peningkatan Efisiensi dan Skala Ekonomi: Dengan pasar yang lebih besar, perusahaan dapat memproduksi dalam skala yang lebih besar, mencapai skala ekonomi, dan mengkhususkan diri pada produksi di mana mereka memiliki keunggulan komparatif. Ini mendorong spesialisasi dan efisiensi dalam rantai pasok regional.
- Menarik Investasi Asing Langsung (FDI): AFTA menjadikan ASEAN sebagai destinasi investasi yang lebih menarik. Investor melihat kawasan ini sebagai basis produksi yang efisien untuk melayani pasar regional, bukan hanya satu negara saja. Ini menciptakan lapangan kerja dan transfer teknologi.
- Bagi Konsumen: Pilihan Lebih Banyak, Harga Lebih Baik
- Pilihan Produk yang Lebih Beragam: Konsumen kini memiliki akses ke berbagai macam produk dari seluruh negara anggota ASEAN, mulai dari makanan, pakaian, elektronik, hingga jasa. Diversifikasi ini memperkaya pilihan dan memenuhi preferensi yang berbeda.
- Harga yang Lebih Kompetitif: Pengurangan tarif dan efisiensi produksi yang dihasilkan AFTA berarti biaya yang lebih rendah bagi produsen, yang pada akhirnya dapat diterjemahkan menjadi harga jual yang lebih rendah bagi konsumen. Persaingan yang sehat antarprodusen juga mendorong inovasi dan kualitas.
- Peningkatan Kualitas Barang dan Jasa: Dengan terbukanya pasar, produsen dipaksa untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka agar tetap relevan di tengah persaingan. Ini secara langsung menguntungkan konsumen.
- Bagi Kawasan ASEAN: Stabilitas dan Kekuatan Kolektif
- Meningkatkan Integrasi Ekonomi Regional: AFTA adalah langkah besar menuju integrasi ekonomi yang lebih dalam, memperkuat ikatan antara negara-negara anggota dan menciptakan rasa komunitas ekonomi.
- Memperkuat Posisi ASEAN di Panggung Global: Sebagai sebuah blok ekonomi yang terintegrasi, ASEAN memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam negosiasi perdagangan dengan kekuatan ekonomi besar lainnya, seperti Tiongkok, Jepang, Uni Eropa, atau Amerika Serikat. Ini meningkatkan pengaruh politik dan ekonomi kawasan.
- Menciptakan Stabilitas dan Kemakmuran Bersama: Integrasi ekonomi seringkali berjalan seiring dengan stabilitas politik. Ketika negara-negara saling bergantung secara ekonomi, insentif untuk menjaga perdamaian dan kerja sama menjadi lebih besar, yang pada gilirannya mendorong kemakmuran bersama.
Tantangan di Balik Gemilangnya AFTA: Jalan yang Terjal dan Berliku
Meskipun AFTA telah meraih banyak capaian, perjalanan menuju integrasi penuh tidak pernah mulus. Berbagai tantangan terus membayangi dan membutuhkan perhatian serius.
- Implementasi Aturan Asal Barang (ROO) yang Kompleks:
- Seperti yang telah disebutkan, meskipun ROO penting, kerumitannya dalam implementasi seringkali menjadi kendala. Perusahaan, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sering kesulitan memahami dan memenuhi persyaratan dokumentasi ROO.
- Interpretasi yang bervariasi antarotoritas bea cukai di negara-negara anggota juga dapat menciptakan ketidakpastian dan menambah beban birokrasi, yang pada akhirnya menghambat pemanfaatan preferensi tarif.
- Upaya untuk menyederhanakan ROO dan mendigitalisasi proses pengajuan sertifikat asal barang (e-ATIGA Form D) adalah langkah ke arah yang benar, namun penerapannya masih memerlukan dorongan yang kuat.
- Hambatan Non-Tarif (NTBs) yang Membandel:
- Ini adalah tantangan terbesar dan paling persisten. Meskipun tarif sudah rendah, NTBs dapat secara efektif menghentikan aliran perdagangan.
- Perbedaan Standar dan Regulasi: Setiap negara memiliki standar kesehatan, keamanan, dan lingkungan sendiri. Harmonisasi atau pengakuan timbal balik atas standar-standar ini adalah proses yang lambat dan memerlukan koordinasi yang intensif.
- Prosedur Bea Cukai yang Belum Sepenuhnya Harmonis dan Transparan: Meskipun ada inisiatif seperti ASEAN Single Window, masih ada disparitas dalam efisiensi dan transparansi prosedur impor/ekspor di setiap negara. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dan biaya tambahan.
- Pengaturan Lisensi dan Perizinan yang Tidak Konsisten: Banyak sektor masih memerlukan lisensi khusus atau izin yang sulit diperoleh, yang dapat menghambat masuknya produk dari negara anggota lain.
- Disparitas Tingkat Pembangunan Antar Negara Anggota:
- ASEAN adalah rumah bagi negara-negara dengan tingkat pembangunan ekonomi yang sangat bervariasi, mulai dari Singapura yang sangat maju, Malaysia dan Thailand sebagai ekonomi menengah, hingga Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam yang masih berkembang.
- Kesenjangan ini menciptakan tantangan dalam hal kapasitas implementasi perjanjian, kesiapan infrastruktur, dan kemampuan bersaing. Negara-negara yang kurang berkembang mungkin merasa lebih rentan terhadap persaingan dari negara-negara yang lebih maju, yang bisa memicu proteksionisme terselubung.
- Meskipun ada program bantuan untuk negara-negara CLMV, mengatasi disparitas ini adalah tugas jangka panjang yang membutuhkan komitmen berkelanjutan.
- Persaingan Global dan Regional Baru:
- Munculnya perjanjian perdagangan bebas mega-regional seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), di mana ASEAN menjadi inti, sekaligus menjadi peluang dan tantangan. RCEP memperluas pasar, tetapi juga meningkatkan persaingan dari raksasa ekonomi seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
- ASEAN harus memastikan bahwa AFTA tetap relevan dan kompetitif di tengah lanskap perdagangan global yang terus berubah, di mana rantai pasok global semakin terfragmentasi dan rentan.
- Perlindungan Industri Domestik:
- Terlepas dari semangat integrasi, tekanan dari industri domestik di setiap negara anggota untuk melindungi diri dari persaingan asing seringkali menjadi hambatan politik. Lobi-lobi ini dapat memperlambat proses liberalisasi atau mendorong penerapan NTBs terselubung.
- Menyeimbangkan kepentingan nasional dengan tujuan integrasi regional adalah seni kepemimpinan yang kompleks di ASEAN.
AFTA dalam Konteks Komunitas Ekonomi ASEAN (MEA): Pilar Utama menuju Integrasi Penuh
AFTA tidak berdiri sendiri. Ia adalah fondasi penting dari visi yang lebih besar: Komunitas Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA, yang diluncurkan secara resmi pada akhir 2015, adalah tujuan akhir integrasi ekonomi ASEAN yang jauh lebih ambisius.
Jika AFTA berfokus pada liberalisasi perdagangan barang, MEA memiliki cakupan yang jauh lebih luas, mencakup empat pilar utama:
1. Satu Basis Produksi dan Pasar Tunggal: Di sinilah AFTA berperan besar sebagai fondasi liberalisasi perdagangan barang. Namun, MEA juga mencakup liberalisasi perdagangan jasa, investasi, dan pergerakan modal yang lebih bebas.
2. Kawasan Ekonomi yang Kompetitif: Ini melibatkan kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, dan pengembangan infrastruktur.
3. Pengembangan Ekonomi yang Setara: Termasuk mendukung UMKM dan inisiatif pembangunan daerah untuk mengurangi disparitas antarnegara anggota.
4. Integrasi ke Ekonomi Global: Melalui pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal dan partisipasi dalam rantai pasok global.
Dengan demikian, AFTA adalah kunci yang membuka pintu perdagangan barang, memungkinkan aliran produk antarnegara anggota dengan lebih lancar. Tanpa AFTA, visi MEA sebagai pasar dan basis produksi tunggal tidak akan terwujud. Ia adalah otot utama yang menggerakkan roda perekonomian MEA, memastikan bahwa barang dan jasa dapat bergerak bebas, mendorong investasi, dan pada akhirnya menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih terintegrasi dan dinamis. Ini adalah bukti komitmen ASEAN untuk menjadi kekuatan ekonomi yang utuh dan saling terhubung.
Pandangan Pribadi: Masa Depan AFTA di Tengah Arus Perubahan Global
Sebagai seorang pengamat dan praktisi di bidang ini, saya melihat AFTA sebagai sebuah perjalanan yang dinamis, bukan sekadar tujuan yang sudah tercapai. Meskipun telah ada capaian luar biasa, AFTA tidak boleh berpuas diri. Arus perubahan global yang cepat, mulai dari revolusi digital, ancaman perubahan iklim, hingga pergeseran geopolitik, menuntut AFTA untuk terus beradaptasi dan berinovasi.
- Pentingnya Adaptasi Digital: Perdagangan digital adalah keniscayaan. AFTA harus semakin mempercepat harmonisasi kerangka regulasi untuk e-commerce lintas batas, memfasilitasi pembayaran digital, dan memastikan keamanan data. Ini akan membuka peluang besar bagi UMKM untuk berpartisipasi dalam perdagangan regional.
- Fokus pada Ekonomi Hijau dan Keberlanjutan: Di era kesadaran lingkungan yang meningkat, AFTA perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi hijau dalam kebijakan perdagangannya. Ini bisa berarti mempromosikan produk ramah lingkungan, standar keberlanjutan, dan investasi hijau di seluruh kawasan.
- Meningkatkan Resiliensi Rantai Pasok: Pandemi COVID-19 mengajarkan kita kerentanan rantai pasok global. AFTA memiliki peran krusial dalam membangun rantai pasok regional yang lebih kuat dan tangguh, mengurangi ketergantungan pada satu sumber, dan memfasilitasi pergerakan barang esensial di masa krisis.
- Inklusivitas sebagai Kunci Keberhasilan: Manfaat AFTA harus dirasakan oleh semua, termasuk UMKM yang seringkali kesulitan menembus pasar regional. Perlu ada program pendampingan, akses informasi yang mudah, dan penyederhanaan prosedur bagi mereka agar tidak ada yang tertinggal.
AFTA, pada intinya, adalah bukti nyata dari keinginan kolektif negara-negara Asia Tenggara untuk tumbuh bersama. Ini adalah model yang menunjukkan bahwa kerja sama regional dapat mengatasi batasan nasional dan menciptakan peluang yang lebih besar. Potensi AFTA masih sangat besar, dan dengan komitmen yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan yang ada, ia akan terus menjadi mercusuar bagi kemajuan dan kemakmuran di kawasan ini. Ini bukan sekadar tentang angka perdagangan atau tarif yang nol, melainkan tentang membangun fondasi komunitas yang lebih kuat, terhubung, dan berdaya saing tinggi. Kita semua, sebagai bagian dari ekosistem ini, memiliki peran dalam mendorong kemajuannya, mulai dari pebisnis yang inovatif hingga konsumen yang cerdas. AFTA bukan akhir dari cerita, melainkan babak yang terus berkembang dalam buku besar integrasi ekonomi regional.
Pertanyaan & Jawaban Utama untuk Pemahaman Lebih Lanjut
-
Apa perbedaan utama antara AFTA dan Komunitas Ekonomi ASEAN (MEA)?
- AFTA (ASEAN Free Trade Area) secara spesifik berfokus pada liberalisasi perdagangan barang di antara negara-negara anggota ASEAN melalui penghapusan tarif dan pengurangan hambatan non-tarif. Ini adalah perjanjian yang lebih sempit lingkupnya.
- MEA (Komunitas Ekonomi ASEAN / ASEAN Economic Community) adalah kerangka kerja integrasi ekonomi yang jauh lebih luas dan ambisius. MEA mencakup tidak hanya perdagangan barang (yang mana AFTA adalah pilarnya), tetapi juga liberalisasi perdagangan jasa, investasi, pergerakan modal, dan pergerakan tenaga kerja terampil. MEA adalah visi yang holistik untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Jadi, AFTA adalah bagian fundamental dari MEA.
-
Bagaimana AFTA membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di negara-negara ASEAN?
- AFTA membantu UMKM dengan memberi mereka akses ke pasar yang jauh lebih besar (seluruh kawasan ASEAN) tanpa terbebani tarif impor yang tinggi.
- Mengurangi biaya impor bahan baku atau komponen yang mereka butuhkan untuk produksi, membuat produk mereka lebih kompetitif.
- Meskipun demikian, UMKM sering menghadapi tantangan dalam memahami dan memenuhi prosedur (misalnya Aturan Asal Barang) serta hambatan non-tarif, sehingga perlu ada upaya khusus untuk meningkatkan kapasitas dan akses informasi bagi mereka.
-
Apa tantangan terbesar AFTA saat ini dan bagaimana cara mengatasinya?
- Tantangan terbesar AFTA saat ini adalah menghapus hambatan non-tarif (NTBs) dan kompleksitas implementasi Aturan Asal Barang (ROO). Disparitas tingkat pembangunan antarnegara anggota juga menjadi isu penting.
- Mengatasinya membutuhkan harmonisasi standar dan regulasi yang lebih intensif, penyederhanaan prosedur bea cukai melalui digitalisasi (misalnya ASEAN Single Window), peningkatan kapasitas dan pelatihan bagi birokrat serta pelaku usaha (terutama UMKM), serta komitmen politik yang kuat dari semua negara anggota untuk mengatasi kepentingan proteksionis domestik demi tujuan integrasi regional yang lebih besar.
-
Apakah AFTA berarti tidak ada lagi bea masuk sama sekali antar negara anggota?
- Secara umum, AFTA telah menurunkan tarif bea masuk hingga mendekati nol (0-5%) untuk sebagian besar produk yang diperdagangkan antarnegara anggota ASEAN, asalkan produk tersebut memenuhi Aturan Asal Barang (ROO).
- Namun, masih ada sejumlah kecil produk yang masuk dalam daftar pengecualian sementara atau sensitif tinggi yang mungkin masih dikenakan tarif, meskipun tarif ini juga terus ditinjau untuk diturunkan. Jadi, hampir nol, tetapi tidak sepenuhnya nol untuk semua produk tanpa pengecualian.
-
Mengapa Aturan Asal Barang (ROO) sangat penting dalam AFTA?
- ROO sangat penting karena mencegah praktik "transhipment" atau pengalihan perdagangan. Tanpa ROO, barang-barang yang diproduksi di luar ASEAN bisa masuk ke salah satu negara anggota dengan tarif rendah, kemudian diekspor ke negara anggota lain tanpa bea masuk, sehingga merugikan industri lokal dan menghilangkan tujuan AFTA.
- ROO memastikan bahwa hanya produk-produk yang benar-benar berasal dari ASEAN (misalnya, memenuhi kriteria 40% nilai konten regional) yang mendapatkan perlakuan tarif preferensial AFTA. Ini mendorong pengembangan rantai pasok regional dan investasi di dalam kawasan.
Pernyataan Cetak Ulang: Artikel dan hak cipta yang dipublikasikan di situs ini adalah milik penulis aslinya. Harap sebutkan sumber artikel saat mencetak ulang dari situs ini!
Tautan artikel ini:https://www.cxynani.com/menabung/6273.html